Kalimattersebut diambil dan diartikan dari ungkapan bahasa Jawa: “Suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti.” Atmosfer politik menjelang pilpres 2019 yang akan digelar 17 April mendatang memang semakin terasa panas. Pukulempat lewat empat menit, Minggu sore, 25 Januari 2015 lalu, jagad dunia maya riuh. Di tengah memanasnya konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kontra Kepolisian Negara Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo mengirimkan sebuah kalimat di beranda akun Facebook-nya yang berbunyi Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti. SuroDiro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dgn sikap bijak, lembut hati dan sabar) Arti. Bullshit. Omong kosong. Catch someone red-handed. Menangkap basah seseorang. C’mon guys, don’t be mad. I’m just kidding . Kononsebelumnya MARGALUYU 151 bernama “ Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti”. Yang artinya. “ Kejahatan apapun bentuknya pasti kalah dengan kebenaran”. Sedang MARGALUYU 151 berasal dari bahasa Sunda yang artinya. “ MARGA = jalan, LUYU = Suci/ benar, 151 = Satu Tekad Mempertahankan Pancasila”. MARGALUYU 151 adalah salah Jikadiartikan arti dari Urip Iku Urup adalah sejatinya hidup itu harus Nyala (bermanfaat), atau dalam kata lain maknanya positif. Suro Diro Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti. Yaitu Segala sifat keras hati, picik, angkara murka hanya bisa dikalahkan oleh sikap bijak, lembut hati & sabar. Email This BlogThis! MaknaFalsafah Jawa: "Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti". By . Pecinta Ilmu. 1/26/2015 08:30:00 AM Alkisah, [Disertai terjemahannya dalam Bahasa Indonesia] By . Pecinta Ilmu. 1/19/2015 05:20:00 PM Buana, Download, Download Movie dan Video, Download Mp3, Rentak, TrikAndDownload Belum ada komentar. Oleh Dr Riyanto* Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti Menurut Prof. Ario Santos, Jawa, Javana artinya mengangkasa.Budaya Jawa, bebasan manuk Garuda ngekablak ngubengi jagat. Bagai burung Garuda mengembangkan sayap, mengitari dunia. Dalam pemahaman itu, orang Jawa, bisa jadi bukan pengemban nilai budaya Jawa. Mereka kebetulan SuraDhira Jayaningrat kabeh Lebur dening Pangastuti. Rahayu.. Amin Kebumen, Selasa Legi 17 Februari 2009 Sayyid R. Muh. Ravie Ananda Kitab Tarikh Nur Iman Muhyidin Arrofi’i punika dipunwiwiti saking riwayat wiosipun Kyai Nur Iman Mlangi ( KGPH. RM. Sandeyo ) ngantos dumugi surutipun Kyai Guru Luning ( RM. Mansyur Muhyidin Arrofi’i ). Surodiro jayaningrat lebur dening pangastuti sapa cidra wahyune bakal sirna. Category. Menu. Sub-Menu 1; Sub-Menu 2. Sub Sub-Menu 1; Sub Sub-Menu 2; Sub Sub-Menu 3; Sub Sub-Menu 4; Sub-Menu 3; adat; seni. suraos, teges utawi arti. Ingkang karembag ing widyamakna punika yaiku, Sinonim inggih punika tembung nunggal misah. Antonim inggih Kekuatanyang dipergunakan bukan dengan landasan kebenaran, sesungguhnya hanyalah kelemahan yang amat lemah. Mengandalkan kekuatan, kekuasaan dan kelebihan untuk berlaku sewenang-wenang, hanya menimbun racun yang akhirnya akan meracuni dan merusak diri pribadi. Suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti! IcYNL5W. Arti Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti, Kata-kata Filsafah Masyarakat Jawa Penjelasan arti dan makna Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti, Kata-kata Filsafah Masyarakat Jawa Jumat, 29 Juli 2022 Berikut arti Sura Dira Jayaninrat Lebur Dening Pangastuti, apabila diartikan masing-masing kata - Suro artinya Keberanian. - Diro artinya Kekuatan. - Joyo artinya Kejayaan - Ningrat artinya bergelimang kenikmatan dunia bangsawan, pejabat - Lebur artinya hancur atau musnah atau sirna - Dening artinya dengan - Pangastuti artinya kasih sayang atau kebaikan Bisa dikatakan arti Sura Dira Jayaninrat Lebur Dening Pangastuti adalah segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan kebijaksanaan, kelembutan, dan kesabaran. Sura Dira Jayaninrat Lebur Dening Pangastuti juga berarti "keberanian dan kejahatan niscaya akan hancur oleh kebenaran" Wawan Susetya 2021. Editor Al Mahfud Sumber Berbagai sumber Tags Terkini Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti. Kalimat itu menggunakan “guru-lagu” 8a 8i. Coba hitung suku-kata silabi kalimat itu. Jelas itu berasal dari tembang macapat. Kalimat itu dari Serat Witaradya, pada pupuh Kinanthi, karya Ranggawarsita. Kemudian banyak dikembangkan dan dimodifikasi dalam pertunjukan maupun pidato, tetapi setahu saya, asalnya dari kitab itu. sura kendel, wani. Berani. dira kukuh, panggah, kendel, wani. berani. jaya unggul, menang. ningrat ning jagat. di bumi. Maksudnya “jagat” itu bumi, walaupun secara literal itu jagat raya kosmos, alam semesta. lebur lebur, sirna, ajur, luluh. “Lebur”itu bukan hilang, tetapi bertransformasi ke wujud lain. Dari besi padat lalu dicairkan, itu dilebur. Dari 2 bahan menjadi satu, itu dilebur. dening oleh. Ini bukan hubungan kausatif. Jadi, “dening” itu bukan “dikarenakan”, bukan “disebabkan oleh”. pangastuti pamuji doa, pangabekt penghormatan sebagai tanda kesetiaani. Ini semacam pengabdian, konsistensi, seperti orang yang beribadah atau setia pada suatu prinsip. Yang mau pintasan, bisa membuka kamus Jawa Kawi. Ada banyak sekali di internet dan bisa periksa artinya. Jadi, kalau diartikan, kalimat itu bukan tentang watak angkara, juga bukan tentang kejahatan. Ini tentang keberanian di dunia yang disirnakan dalam bentuk penghormatan. Dari kuat menjadi tak-terlihat, dari kuat menjadi penghormatan, pengabdian. Kalau maknanya, bisa bermacam-macam. Ranggawarsita itu pakarnya bahasa Jawa. Dia poliglot bisa beberapa bahasa. dia menyembunyikan “nama samaran” ke dalam tembangnya. Dia membuat kitab wayang, mempribumikan cerita Ramayana, Mahabarata, dan Baratayudha. Dia yang menuliskan panduan aksara Jawa dalam bentuk kitab Mardi Kawi dan dipakai para sejarahwan sampai sekarang. Dan kalimat yang dia tuliskan, tidak mudah dicerna sekali dua kali. Artinya berlapis-lapis. Satu hal yang menarik, walaupun Ranggawarsita berasal dari keraton, dia berani mengkritik budaya Jawa dengan tembang yang tetap membuat orang melakukan refleksi. misalnya, tentang Kalatida. Jadi, kalimat “sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti” maknanya bisa bermacam-macam. Tergantung perspektif pembacanya dan cara membacanya. Apakah orang yang gagah berani lalu keberaniannya tidak tampak lagi, menjadi bentuk pengabdian? Apakah kekuatan di dunia yang hilang oleh doa? Ataukah tentang orang-orang kuat yang sudah berubah oleh kekuasaan? Ada yang mengartikan “segala bentuk kejahatan akan sirna oleh kebaikan”, tetapi kalau dikembalikan arti aslinya, saya pikir tidak demikian. Coba lihat lagi arti kata-katanya satu per satu. Yang jelas, itu kalimat bukan soal menang-kalah, bukan sekadar kejahatan dikalahkan oleh kebaikan. Lebih dekat ke arah “leadership” kepemimpinan. Kalau kemudian kalimat ini direduksi maknanya menjadi “siap perang” atau “kebenaran pasti menang”, pasti karena tidak membaca Ranggawarsita dan tidak membuka kamus Jawa Kawi. [dm]